Cerita Liburan di Pantai Karanggongso Trenggalek

Perjalanan ini kulakukan bersama keluarga (selanjutnya kami) dengan mengendarai 2 mobil kecil, karena memang tidak melibatkan banyak peserta. Berangkat dari rumah (Mojokerto) sekitar jam 13.30 WIB kemudian singgah di masjid agung kota Kediri untuk menunaikan salat Ashar.

Kami lanjutkan perjalanan dengan berbekal panduan Google map serta sedikit ingatan dari seorang kakak yang sudah pernah ke pantai daerah Trenggalek. Masuk waktu Maghrib tak menghentikan perjalanan yang kami lakukan karena berniat untuk salat jamak ta'khir di tempat tujuan. Langit mulai menggelap ketika melewati jalan tepi sungai (hasil arahan dari si map yang sering mencarikan jalur terdekat) dan semakin gelap saat melewati daerah hutan. Pikirku wajarlah memang jalur ke arah pantai biasa melewati hutan dan gunung.

Sedikit lega ketika mobil sudah menapaki jalan utama yaitu JLS (Jalur Lintas Selatan), kemudian melewati pantai Gemah Tulungagung yang pernah kami singgahi juga dengan personil lebih banyak. Perjalanan diteruskan sampai ternyata JLS yang kami lewati bersambung dengan jalan kecil bercabang, bukan jalan utama lagi. Untungnya di situ ada beberapa rumah penduduk sehingga kakak menemui mereka untuk bertanya. Dijelaskan oleh penduduk sekitar bahwa memang ada jalan tembusan ke arah Prigi seperti yang ditunjukkan Google map, namun tidak memungkinkan untuk dilewati karena masih terjal. Sehingga ditunjukkan jalur utamanya kembali lagi melewati JLS dan menuju arah Jl. Raya Bandung.

Sampai di Bandung kami memutuskan singgah ke masjid untuk shalat jamak maghrib dan isya serta ke warung di sekitarnya untuk memberi hak pada perut yang sudah keroncongan. Setelah perut dan hati mulai tenang kembali kami lanjutkan perjalanan ke arah jl. pantai prigi. Sampai disana sudah ada kamar menanti, karena memang sebelumnya kakak sudah booking 2 kamar home stay di sekitar pantai.

Home stay yang disewa kebetulan langsung bersinggungan dengan pantai. Namun karena tidak ada penerangan yang mencukupi di daerah lautnya hanya bisa menikmati alunan deburan ombak. Herannya malam itu tidak ada hembusan angin sama sekali, malah merasa gerah entah di dalam ataupun di luar kamar. Ini di luar ekspektasi kami warga Mojokerto yang tidak punya pantai 😆, dikiranya dekat pantai itu dingin + semilir angin. Ternyata tidak selalu. Ya memang sih kabar dari warga sekitar daerah tsb belum merasakan hujan musim ini, jadi ya wajar. Malam itu kami habiskan dengan sedikit bercengkerama sambil memanfaatkan kompor kecil yang dibawa dari rumah. Ada yang buat kopi, teh, masak mie, dsb. Kemudian seperti biasa malam ditutup dengan tidur.

Hari selanjutnya usai menunaikan shalat subuh kuinvestasikan mata untuk menikmati perubahan warna langit tepi laut dari hitam, biru, kuning, putih. Yah, hanya perubahan warnanya karena di langit tepi laut tsb aku tak bisa melihat sunrise (sunrisenya di Mojokerto gaes 😎). Langit semakin terang, kami langkahkan kaki mendekati pantai, dan kebetulan ada tempat yang keren buat spot foto (belakang Pondok Prigi)


Sepuas menabung galeri foto dan jalan-jalan di area jembatan kayu, kami lanjut mengeksplor wilayah perairan karanggongso dengan perahu yang disewakan sekaligus dikemudikan penduduk sekitar. Sekitar setengah jam berkeliling, pengemudi perahu juga menunjukkan beberapa tempat yang dilewati, di antaranya yaitu karang bintang, watu dukun, pantai mutiara, pantai pasir putih, dan sebagainya. 

Alarm alami perut berbunyi setelah diajak berkeliling naik perahu, sehingga kami memutuskan meluncur ke Pantai Simbaronce untuk pesan makanan di warung sekitar sambil menikmati suasana pantai asli (bukan pinggiran home stay 😆.) Sambil menunggu ibu warung masak ikan bakar yang terasa lama bagi perut lapar, adek-adek main air dulu di pantai. 


Penampakan alami Pantai Simbaronce Karanggongso bisa dilihat pada gambar di atas. Seperti pantai utara pada umumnya, memang air pinggirannya tidak begitu jernih, dan juga pasir yang tidak putih. Hihi. Namun bagaimanapun hal tersebut tidak mengurangi suka cita kami untuk menikmati liburan disini. 

Oiya, sebagai informasi, dalam posisi menghadap laut kemudian kita berjalan ke arah paling kanan pantai ini, ada sebuah jembatan yang bisa membawa menuju Pantai Pasir Putih. Dan menariknya, pantai sebelah ini menawarkan air yang lebih jernih ditambah dengan pasir yang memang putih sesuai namanya. 

Seusai puas bermain di pantai, makan-makan, serta membersihkan diri, kami kembali ke home stay untuk beberes dan prepare pulang. Kami meninggalkan home stay setelah dhuhur kemudian mampir untuk membeli ikan asap yang ada di pinggir jalanan arah Prigi kemudian pulang kembali ke Mojokerto tersayang. 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teks Sholawat Al Banjari